Nilai Diri
Prakata
Dengan Nama Allah, Tuhan sekalian alam. Salam sejahtera atas mereka yang teguh dijalan Islam.
Sahabat beradab sekalian yang kami banggakan, kami hadirkan sedikit pengetahuan dalam bentuk tulisan, semoga bisa bermanfaat bagi dunia dan akhirat kalian. terus semangat memperluas pengetahuan karena itu jalan menuju kebahagiaan.
Nilai Diri
"Dua puluh ekor kerbau yang sama gemuk, sama kuat, dan sama pula kepandaiannya menarik pedati, tentu harganya tidak jauh berbeda." begitu ungkap Hamka, tokoh besar negeri kita. "Akan tetapi, dua puluh manusia yang sama tinggi dan sama kuat, belum tentu sama 'harganya'." begitu mengalir memahamkan kita. Lanjut beliau, "Sebab bagi kerbau tubuhnya saja yang berharga. Bagi manusia adalah pribadinya."
***
Yang membedakan manusia di mata Tuhan adalah pribadi, pun di mata sesamanya adalah pribadi jua. Pribadi, yang kita pahami dengan arti sifat akal budi, kemauan dan semangat diri, cita-cita juga mimpi, cara hidup, pola pikir seorang dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadi pribadi yang luhur adalah kemauan. Tanpa mengindahkan status dirimu. Tak sedikit si waisya lebih agung pribadinya dari pada si ksatria, tak jarang para jelata melampaui raja-raja. Sering kita dengar juga, yang lemah mengungguli yang kuat.
Itulah pribadi, sebagai nilai diri, dan ia adalah kemauan dan atau pilihan, tanpa menafikan genetika turunan. Kita pandang ada orang dengan pribadi hebat, walau ia hidup kepayahan, ada pula pribadi yang lemah, pahadal ia bergelimang keleluasaan. Berpribadi besar meski ia terbelengu kemiskinan, kita temui juga pribadi rendahan walaupun dilatarbelakangi kekayaan. Itu sebabnya saya katakan, menjadi pribadi yang bernilai tinggi adalah sebuah pilihan.
***
Menjadi pribadi luhur adalah jalan tempuh yang amat panjang, dan musti berani berkepayahan. Diri harus dipaksakan menjadi mulia, karena demikian lebih baik daripada lalai bersantai di bawah kerendahan, tak bernilai. Fa alhamahā fujūrahā wa taqwāhā.
Tak usah tergesa-gesa, tak perlu terburu-buru, seperti kata pepatah, sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit, meski 1% saja -secara berkelanjutan-, kata James clear, akan menciptakan perubahan yang besar.
Mulai detik ini, mari berusaha menghijrahkan diri menuju puncak hirarki. Jika tak tersanggupi menjadi mentari poros pelita bima sakti, jadilah rembulan yang bersinar indah menakjubkan ketika dunia berkemul kegelapan, jika tidak bisa, jadilah bintang yang ikut andil menghiasi langit malam.
Latih diri dengan berupaya menempuh jalan keridaan Yang Maha Kuasa, hindarkan jiwa dari hal-hal nista. Biasakan dan paksakan bersikap santun, jujur, berani, bertanggung jawab, dan teguh berprinsip. Tak lupa asupan ilmu pengetahuan, keluasan wawasan, berlatih tajam berpandangan, teliti mempertimbangkan. Juga mulai perhatikan kebersihan, rapikan sekitaran, indahlah berpenampilan. Jauhi segala keburukan yang telah dimaklumi, lahir maupun batin.
Telah banyak figur hadir untuk diteladani, mengenalkan sebuah nilai diri, lihatlah para sahabat Nabi, mereka mulia, apapun latar belakangnya, itu karena nilai pribadinya. Mereka mulia tidak dengan mudahnya, mereka juga berkepayahan, melawan nafsu, melawan kebiasaan yang biasa-biasa saja, dengan yakin nan berani mereka memilih menjadi pribadi bernilai tinggi.
Sekali lagi ini tentang pilihan, di mana hendak kita posisikan diri kita, tinggi menjulang di atas cakrawala, atau nyaman di relief permukaan bumi, ini pilihan kita, tetapi jangan sampai rendah terjerembab di bawah mariana.
Allahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar