Allah Tidak Akan Menyia-nyiakan Hamba-Nya (Garis Hikmah Sirah Nabawiyah)
Prakata
Dengan Nama Allah, Tuhan sekalian alam. Salam sejahtera atas mereka yang teguh dijalan Islam.
Sahabat beradab sekalian yang kami banggakan, kami hadirkan sedikit pengetahuan dalam bentuk tulisan, semoga bisa bermanfaat bagi dunia dan akhirat kalian. terus semangat memperluas pengetahuan karena itu jalan menuju kebahagiaan.
Garis Hikmah Sirah Nabawiyah chapter 01:
Allah Tidak Akan Menyia-nyiakan Hamba-Nya
Setelah sekian lama diusia yang tak lagi muda, akhirnya Allah menganugrahi Ibrahim seorang putra, suka cita bergemuruh ditengah keluarganya.
Bayangkan sebahagia apakah kamu, jika harapan yang telah sekian lama terpendam, kini tertunaikan?.
Namun ditengah kebahagiaan mereka, Allah hendak menawarkan cinta-Nya; Allah uji mereka, pantaskah mereka dicinta, layakkah mereka bermahkota bahagia. Allah menurunkan titah-Nya, supaya Ibrahim membawa istri dan putranya yang baru merasakan kehangatan keluarga pergi jauh ke arah selatan dari Palestina menuju tempat baitul haram di sebuah lembah yang gersang tak terjamah manusia, jangankan air, tumbuhan pun enggan muncul ke permukaan.
Renungkan, bagaimana kiranya jika ujian itu menimpa kita! Allah uji keimanan mereka ditengah kegembiraan, akankah kita bersabar? . Kebahagiaan mereka itu seolah terputus, padahal sejatinya Allah menyiapkan kebahagiaan yang jauh lebih indah dari sebelumnya.
Sejak perintah itu datang, tanpa pikir panjang Ibrahim melaksanakannya, walau berat dirasa. sampai-sampai ia tak mengabarkannya terlebih dahulu pada Hajar, istrinya, karena takut ia menolaknya. Disamping itu Hajar pun mengikuti suaminya tanpa komentar. Karena ia percaya, Ibrahim bertindak atas titah dari Rabbnya.
Sungguh mengagumkan, cinta yang berakar dengan keimanan, takan hilang diputus masalah, takan goyah diterpa musibah.
Ketika perjalanan usai ditempuh, mereka pun sampai ditempat yang dititahkan, Ibrahim pergi pulang tanpa bertutur kata setelah menyimpan anak dan istrinya di tempat semacam rumah ala kadarnya dekat baitul haram, jiwanya benar-benar tak kuasa hingga berderai air mata. Dengan bayi didekapnya, Hajar memanggil-manggil dan mempertanyakan semua ini, tapi Ibrahim tiada daya menengok kebelakang barang sekejap pun. Kemudian Hajar bertanya, "Apakah ini perintah Allah?" Ibrahim menjawab, "ya" sambil mengagukkan kepalanya, maka Hajar pun kembali dengan penuh keyakinan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya. Akhirnya Ibrahim meninggalkan mereka dengan meninggalkan bekal beberapa butir kurma dan air dalam bejana saja. Ia menyerahkan semuanya kepada Allah, Sang Maha Pemelihara. (Ibrahim pun berdo'a, lihat Q.S Ibrahim: 37).
Benar-benar ketaatan yang berat, ujian yang menandakan begitu inginnya Allah menampakan kasih sayang-Nya juga meninggikan derajat mereka.
Berjalan waktu, bekal mereka pun habis. Sang bayi lemas kelaparan, sedang asi dari ibunya sudah mengering. Akhirnya Hajar pun berikhtiar mencari pengharapan, berlari antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali, barangkali ada orang yang sudi menolongnya, atau ada oase yang dapat diambil airnya. Disisi lain, Bayi kecil yang bernama Ismail itu terbaring menangis dengan menendang-nendangkan kakinya. Atas hikmah Allah, diutuslah malaikat untuk mengais tanah dengan sayapnya dibawah kaki Isma'il hingga memancarlah mata air. Melihat hal itu, Hajar bergegas menuruni bukit menuju putranya, "zam zam" ungkap Hajar dengan bahasa qibthy-nya sembari menciduk air dengan bejananya. Kemudian Malaikat datang kepadanya seraya berkata, "Janganlah engkau takut disia-siakan, karena disini akan dibangun sebuah rumah oleh putramu itu bersama dengan bapaknya, dan sungguh Allah tidak akan menyia-nyiakan keluarganya".
Begitulah pertolongan Allah, seringkali datang setelah seorang hamba berjuang. Karena pertolongan Allah itu mengagumkan, maka ia datang dengan penuh kewibawaan.
Di waktu yang tak jauh berbeda, ada kafilah Jurhum dari Yaman yang melewat kedaerah lembah tersebut, tak biasanya burung mengitari lembah itu, hal ini diyakini sebagai pertanda adanya air. Akhirnya kafilah itu pergi kesana dan menemukan wanita paruh baya dengan bayi didekapnya didepan mata air. Yang awalnya mereka hendak hijrah ke tanah Syam karena di Yaman telah terjadi peristiwa jebolnya bendungan Ma'rib (dikenal dengan sailul 'arim), akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal dilembah itu dengan izin pemilik mata air tersebut. Dan seiring waktu, lembah yang gersang berubah menjadi perkampungan yang subur makmur.
Allahu Akbar!, begitulah, ketaatan dengan dasar keimanan dan keikhlasan berbuah kebahagiaan sejati yang tidak hanya didunia, namun berlanjut sampai akhirat sana. Maka, ketika datang perintah Allah, laksanakanlah, walau berat dirasa, jangan khawatir karena Allah takan menyia-nyiakan hamba-Nya.
Sungguh benar firman Allah ﷻ,
وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
"Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan." (QS. Hud: 115).
Tentunya, masih banyak hikmah didepan sana, semoga Allah menanamkannya pada jiwa-jiwa kita. Bersambung...
Allahu a'lam.[]
Komentar
Posting Komentar