Bukan Sekedar Inspirasi, Dari Kang Ghazi (Sebuah Narasi)
PRAKATA
Dengan Nama Allah, Tuhan sekalian alam. Salam sejahtera atas mereka yang teguh dijalan Islam.
Sahabat beradab sekalian yang kami banggakan, kami hadirkan sedikit pengetahuan dalam bentuk tulisan, semoga bisa bermanfaat bagi dunia dan akhirat kalian. terus semangat memperluas pengetahuan karena itu jalan menuju kebahagiaan.
BUKAN SEKEDAR INSPIRASI, DARI A GHAZI (SEBUAH NARASI)
Pada kesempatan ini, saya akan menceritakan bagaimana saya mendapatkan sesuatu yang berharga dari Kang Ghazi, santri Persis yang mendunia. Siapa yang tak kenal beliau, intelektual muda kelahiran 2001 ini banyak menginspirasi khususnya santri pesantren Persis, dengan karya-karyanya yang diakui dunia. Tidak hanya itu, beliau juga menjadi delegasi Pemuda Persis di forum-forum internasional.
Kemarin, selepas salat zuhur saya menghubungi beliau lewat WhatsApp pribadinya dengan mengajukan beberapa pertanyaan, semoga saja saya mendapatkan jawaban yang benar-benar memuaskan. Namun, pesan singkat itu tak kunjung direspon, maklum saja mungkin beliau sedang sibuk. Dan selama ini, setiap kali saya menghubungi para tokoh muda (yang menginspirasi saya) melalui pesan pribadi, jarang sekali bahkan tidak sama sekali direspon apalagi dijawab. Mungkin karena sibuk yaa.
Dalam pesan itu memuat beberapa pertanyaan, pertama, terkait apa yang menjadi inspirasi dan motivasi awal yang bersangkutan sampai bisa meraih berbagai prestasi, jujur saja, ketika saya melihat orang yang berprestasi, seringkali terbetik dalam pkiran, kenapa dia bisa begitu? apa yang menjadikannya seperti itu?, Kedua, bagaimana sih caranya menjadi orang hebat.
Pagi hari tadi, sekitar pukul 09:30, setelah kelas daring dari Ma'had selesai, huuh lega rasanya sambil merebahkan badan, tiba-tiba saja gawai saya berdering kencang yang tentu membuat saya kaget, ternyata ada telepon dari seseorang, mata saya terpaku, ragu untuk mengangkatnya, kembali kaget saya dibuatnya, beliau Ghazi Abdullah Muttaqien. Heran saya, orang kayak beliau mau susah-susah menghubungi saya. Gugup bertutur kata saking bahagia, mungkin ini saatnya kesenjangan cita saya akan tertuntaskan, mengingat hampir semalaman saya mencari jawaban bagaimana sih jadi orang hebat? yang diketemukan hanyalah sebatas omongan dari mereka yang kurang antusias dalam beragama, bukannya tidak objektif karena subjektifitas pun diperlukan dalam hal ini.
Perbincangan dalam telepon pun dimulai. Singkatnya, saya menanyakan pertanyaan seperti diatas, terkait apa yang menjadi inspirasi pertama dan bagaimana saya menjadi orang hebat. Beliau menuturkan panjang lebar dengan bahasa ibunya, bahasa sunda dengan gaya khasnya orang Garut. Banyak pelajaran yang saya serap dari penuturan belau, ini bukan sekedar inspirasi, lebih dari itu, inilah yang menjadi ruh juang seorang intelektual muda, Ghazi.
Beliau mengungkap, bahwa ayat Al-Qur'an yang pertama kali diturunkan adalah tentang membaca, dan ayat Al-Qur'an yang paling panjang adalah tentang menulis, maka kamu bisa unggul dengan membaca dan menulis. Bahkan beliau menuturkan, dari dulu dirinya membiasakan membaca minimal 50 halaman setiap harinya, dan sekarang menargetkan minimal 100 halaman, Allahu Akbar. Jujur saja saya melihat ruh berilmu para ulama salaf pada diri beliau.
Beliau juga gemar membaca sedari kelas lima SD, belau menyampaikan, buku yang pertama kali dibaca adalah buku "Wajah Peradaban Barat" Karya Dr. Adian Husaini. Buku yang sering dibaca kala itu bertemakan pemikiran sehingga suatu ketika ayahnya memberikan pengarahan supaya jangan dulu membaca tentang pemikiran, beliau diarahkan supaya menguasai terlebih dahulu Al-Qur'an dan Al-Hadits. Terbukti, di umur 14 tahun beliau selesai menghafalkan Al-Qur'an seluruhnya, dan dalam kurun 3 bulan beliau selesai menghafalkan Kitab Bulugh al-Maram. Ma Sya Allah. Disini beliau menekankan, bahwa semua keilmuan akan terbuka, kecerdasan akan terasah termasuk kecerdasan linguistik seperti beliau, dengan bermodalkan Al-Qur'an.
Dibalik keberhasilan beliau tentu ada andil besar dari kedua orang tuanya, bahkan sedari kecil ibu beliau melarangnya pacaran dan pegang gawai. pendidikan protektif ini berhasil atas izin Allah, sehingga beliau tidak terlalu terpengaruhi oleh hiruk pikuk pergaulan luar, sehingga minat beliau terarah pada keilmuan yang sudah menjadi tradisi keluarganya.
Beliau melanjutkan, perjalanan Internasional beliau yang berawal dari Paper, karya tulis sebagai syarat Kelulusan Muallimin Pesantren Persis, dengan judul "Pandangan Syed Muhammad Nauqib Al-Attas Tentang Islamisasi Ilmu: Kajian Deskriptif" ini diapresiasi dunia, seperti oleh Prof. Wan Daud, bahkan Dr. Adian Husaini mengatakan, ini ditulis oleh anak usia 17 tahun, tapi setarap dengan karya tulis doktoral. Beliau menceritakan bagaimana Paper itu bisa ditulis, dengan melalui perjuangan panjang, semenjak kelas dua Tsanawiyah beliau merancang dan mengonsep karya tulis itu sampai beliau rela pergi ke Gontor dengan waktu perjalanan yang tidak sebentar; 14 jam, demi mendapatkan data untuk karya tulisnya itu. Terhitung 450 lebih sumber rujukan paper beliau dengan beragam bahasa, Indonesia; Arab; Inggris; dan yang lainnya. Hal ini mengajar kepada kita bahwa sesuatu yang istimewa itu perlu perjuangan ekstra.
Beliau juga berpesan, Setelah tuntas menghafalkan Al-Qur'an, ingatlah! itu bukan akhir perjuangan, justru sejatinya itu adalah langkah awal dalam mendalami keilmuan. Seringkali para penghafal Qur'an merasa tuntas jika telah menjadi hafiz (hamil), ingin digelar karpet merah untuknya; ingin dihormati umat, padahal perjalanan ilmu tak cukup sampai disitu.
Kelima, a Ghazi berpesan, nanti setelah tuntas menghafalkan Al-Qur'an, ingat! itu bukan akhir perjuangan, justru sebenernya itu baru langkah awal berkecimpung di dunia keilmuan. Kita sering liat para penghafal Qur'an merasa tuntas klo udah jadi hafiz, ingin digelar karpet merah untuknya, ingin dihormati, padahal perjalanan ilmu tak cukup sampai disitu.
"Saya bukan orang pintar, justru saya bodoh! tapi saya rajin" ungkap beliau yang menembus benteng putus asa. beliau juga sempat meminta dido'akan supaya lancar dan berhasil dalam mempelajari 10 bahasa asing, dan tentu besar harapan kita agar Allah memperkenankannya mengingat para ulama telah banyak yang renta juga berguguran, maka kita berharap semoga melalui generasi kitalah janji kejayaan itu diturunkan.
Akhir pesan beliau, sigit camkan kata-kata saya, kalau bisa tulis saja, "untuk mendapatkan sesuatu yang luar biasa, maka jangan melakukan sesuatu yang biasa-biasa yang biasa dikerjakan oleh orang biasa", beliau menyampaikannya dalam bahasa Inggris, kemudian menerjemahkannya. Sebenarnya topik pembicaraan kita tidak berhenti sampai sini, ada perbincangan tentang dakwah, kuliah di Madinah, dan lain sebagainya.
Itulah sekelumit pelajaran berharga dari seorang Ghazi Abdullah Muttaqien -semoga Allah menjaganya-, orang hebat yang sederhana, ramah, lagi rendah hati. Dan seperti itulah seharusnya prangai orang yang berilmu!. Jangan spelekan orang yang membutuhkan inspirasi darimu, karena boleh jadi ia hadir sebagai orang besar dikemudian hari. Barakallahu lii walakum.[]
Maasya Allah, pengen jadi santri persis yang mendunia juga..
BalasHapus