ABADI KARENA KETAATAN (GARIS HIKMAH SIRAH NABAWIYAH)
Bismillahirrahmanirrahim
Garis Hikmah Sirah Nabawiyah Chapter 02:
ABADI KARENA KETAATAN
Masih berkisah tentang Ibrahim dan keluarganya. Mekkah kini ramai berpenghuni, subur makmur lagi diberkahi. Setelah berhasil meraih buah cinta Sang Pencipta, melalui ujian-ujian yang nyata menerpa, kini mereka kembali dikehendaki supaya diangkat lebih tinggi lagi derajatnya. Allah uji mereka dengan titah menyembelih bunga hati mereka, yaitu Isma'il yang masih belia.
Akan sabarkah kita, jika ujian diatas menimpa kita? bayangkan saja sudah lama tak berjumpa, sesaat melepas rindu malah harus menyembelih putra tercinta. Walau sekilas tak masuk akal, tapi sejatinya Allah itu maha bijaksana, ilmu manusia tak bisa sampai pada ilmu-Nya barang setetespun.
Akhirnya Ibrahim pun memilih taat, ia singkirkan bisikan keraguan pada jiwanya. Benarlah ungkapan, bahwa iman diatas segalanya. Yang lebih menakjubkan adalah ketika Ibrahim mengabarkan titah Tuhannya pada Isma'il, anak belia itu menjawab dengan indahnya, yaa abati if'al maa tu'mar, duhai ayahanda lakukan saja apa yang Allah perintahkan, satajidunii in sya Allahu mina-sh shabirin, in sya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (Q.S 37: 102)
Saya ulangi, beginilah potret mereka yang tumbuh dalam keimanan, kita semua takjub dibuatnya. Lantas bagaimana keadaan kita? masihkah enggan mentaati Allah, sedang kita tahu akhir ganjaran dari semua itu?!
Kala Ibrahim hendak melaksanakan perintah Kekasihnya; Allah, selalu saja setan datang membisikan keraguan padanya, menghembuskan ketakutan pada dadanya. Tetapi Allah mengilhaminya supaya Ibrahim mengusir setan tersebut dengan lontaran batu. Atas kehendak Allah, Ibrahim pun terlindung dari godaan setan tersebut.
Dalam jalan ketaatan seringkali jerat-jerat setan menghampiri, menggoyahkan tekad, menyamarkan keyakinan, dan melemahkan keimanan. Maka Allah memerintahkan kita supaya senantiasa berlindung kepada-Nya, sebagaimana termaktub dalam kitab-Nya yang mulia.
Dan Akhirnya Allah mengganti tempat Isma'il dengan kambing yang besar. Akhirnya Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih kambing tersebut dan menetapkan penyembelihan itu sebagai syari'at guna memperdekat hubungan antara hamba dan Sang Pencipta.
Begitulah, sejatinya perintah Allah takan membuat kita binasa, kadang sesuatu yang terlihat memberatkan kita, padahal disana Allah hanya ingin menguji kita, dan sudah jelas sesuai janjinya, bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan para hamba-Nya, pertolongan pasti datang dengan amat indahnya.
Beberapa tahun setelah itu, Allah memuliakan Ibrahim dan putranya dengan perintah meninggikan bangunan Baitullah. Dan mereka pun menunaikannya. Tentu saja, mereka ingin ketaatannya itu terus mengalirkan pahala, mereka pun berdo'a supaya Allah mengutus seorang rasul yang mengajarkan juga menyucikan umat manusia, dan kelak Allah pun mengabulkannya. Kemudian tidak seperti kebanyakan orang, mereka tak berbangga diri dengan amalannya, justru mereka berdoa, robbana taqobbal minna innaka anta-s samii'u-l 'alim, wahai Tuhan kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Banyak pelajaran yang mestinya kita ambil dari penggalan ini, bahwa seyogianya kita berharap amalan kita menjadi amalan yang produktif; yang terus mengairi danau amal sholeh kita, kemudian termasuk adab dalam beramal adalah tawadhu kepada Allah; enyahkan rasa ujub pada diri. Mintalah supaya Allah menerima amalan kita, biasakan diri kitu untuk cemas jikasanya amalan kita tidak diterima, tentunya kecemasan yang seimbang dengan optimisme dan pengharapan.
Allah pun memerintahkan supaya Ibrahim menyeru manusia untuk beribadah kepada-Nya dengan syari'at haji yang telah ditetapkan, bahkan sampai saat ini. Di sana pula Allah abadikan bahwa Ibrahim telah mentaati titah-Nya dengan batu yang terjiplak bentuk kakinya; maqam Ibrahim. Dan ternyata kalo kita perhatikan, syariat haji itu ditetapkan melalui kejadian luar biasa yang dilalui keluarga Ibrahim dalam menempuh ketaatan.
Alhasil, ketaatan mereka diabadikan, kesabaran mereka berbuah kemuliaan, coba bayangkan berapa banyak pahala yang mengalir kepada Ibrahim dan keluarganya ketika kaum muslimin menunaikan ibadah haji?! Sekali lagi inilah maksud dari kaidah "abadi karena ketaatan", yang tentu syarat utamanya adalah keikhlasan kemudian dilaksanakan sesuai perintah Rabb semesta alam.
Allah ﷻ berfirman:
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْأَاخِرِينَ
"Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian," (QS. As-Saffat: 108)
Tidakkah kita mengambil pelajaran, hai orang-orang yang diberi akal pikiran?
-Allahu a'lam.[]
Komentar
Posting Komentar